Tuesday, March 29, 2011

Kerja dengan Bangga

Entah kenapa, saya perhatikan, budaya kita (setidaknya budaya yang terlihat di sekeliling saya selama ini - sebelum dibilang generalisasi) kok cenderung "mengajarkan" untuk mencela-cela identitas sendiri ya?

Waktu jadi siswa/mahasiswa, di antara sesama murid, kita cenderung mencela-cela guru-guru (atau dosen-dosen), pelajaran, sistem kurikulum, ekstra kulikuler, fasilitas, dan entah seribu satu hal lainnya yang punya celah untuk dicela. Lucunya, sebagian besar mereka yang mencela-cela di intern, berubah jadi begitu membela sekolah/kampusnya begitu bertemu siswa/mahasiswa dari sekolah/kampus lain.

Begitu juga ketika kita menjadi warganegara Indonesia. Pasti pernah (kalau nggak mau bilang sering) kita membahas negeri ini dengan sesama warganegara juga. Dan isinya biasanya celaan dan celaan. Dan sama seperti kasus almamater, ketika berhadapan dengan bangsa lain, mendadak kita jadi begitu cinta negeri ini.

Eh bener nggak sih nih? Kalo ada yang nggak setuju, boleh loh sharing. Tapi nggak boleh complain, soalnya ini kan pengamatan saya. (Hahahaha sepihak. :p)

Nah kalo soal perusahaan tempat kita kerja (kantor) rada beda nih kasusnya. Untuk level-level yang tinggi dan mengharuskan untuk "jualan" kayak marketing, manager, owner (tentunya), biasanya sangat-sangat bangga kalau cerita tentang kantornya.

Tapi kalau staff biasa (seperti saya), kecenderungannya malah seperti diharuskan mencela-cela kantornya, nggak di intern maupun ekstern. Akrab nggak sama yang kaya gini:
"Yah... namanya juga *****. Mana ada sih gathering-gathering segala?"
"Wah di *** mah kalo naik gaji 10% mah udah kebagusaaaaaan"
"Betah lu di sini? Yaaah belom tau sih dia...."

Lucunya... banyak dari antara mereka yang ternyata udah stay bertahun-tahun di perusahaan tersebut. Loh loh... kalo emang nggak suka kenapa stay begitu lama, coba?

Nah, omongan-omongan negatif semacam itu biasanya secara otomatis keluar dari mulut pegawai lama ke pegawai yang baru masuk. Saya contohnya. Karena saya *labil* selama 2 tahun lulus sudah mencoba 3 tempat kerja yang berbeda, berarti ditambah pengalaman magang di 2 tempat, saya udah mengalami 5x menjadi 'anak baru'. Berdasarkan pengalaman saya, di tiap kantor pasti ada aja 'tukang kompor' nya. Ya, mereka adalah yang paling bawel ngejelek-jelekin kantor sendiri dalam segala hal, bikin si pegawai baru dan belum pengalaman kayak saya jadi jiper. Karakter mereka umumnya adalah orang-orang yang rame dan ramah sama anak baru. Pendekatan mereka diawali dengan persahabatan. Tapi lama-lama, dengan semangatnya, mereka akan menceritakan yang jelek-jelek tentang kantor, sampai kuping si anak baru panas dan mulai ketakutan, lalu berpikir untuk pindah.

Di tiga tempat saya kerja (setelah lulus), saya menemukan satu orang macam ini di tiap kantor. Dan kalau dipikir, mereka ini lucu-lucu juga. Hehe.

Di kantor pertama, saya bertemu Ms.X yang (kalau nggak salah) udah 2 tahun kerja di sana. Seperti yang saya bilang, dia tipe yang sangat ramah sama anak baru seperti saya. Dia yang ngajak-ngajak saya jalan, ngebandel dengan balik makan siang telat, seru-seruan. Dan dia emang yang paling seru di antara rekan kerja lain yang usianya cenderung lebih tua dan lebih kalem. Tapi seiring waktu, tiap kali jalan, saya jadi gerah karena dia kerjanya ngomongin yang negatif tentang boss-boss dan kebijakan-kebijakan kantor melulu. Sementara saya sih emang dari awal kurang sreg sama kantor ini, jadinya tanpa dia cerita pun saya udah rencana gak lama-lama di situ. Waktu saya bilang mau resign, dia yang amat mendukung.

Di kantor kedua, saya ketemu Ms.Y yang baru 6 bulan kerja di sana. Sama seperti Ms. X, dia juga salah satu yang paling ramah sama saya, ngajak saya jalan, seru-seruan, dan ngebandel. Tapi, sama Ms.Y ini saya kurang cocok (secara karakter), dan saya cenderung kurang percaya sama omongan dia. Menurut saya dia emang orangnya suka lebay (berlebihan). Nah kalo dia ini spesifik selalu ngomong yang negatif tentang boss kami. Sementara boss kami juga ngomongin hal yang negatif tentang Ms. Y ke saya. Rusuh ya? haha. Yah, pada akhirnya, Ms.Y bener-bener resign, mendapat pekerjaan yang lebih baik untuk dia. Dan beberapa bulan berikutnya saya menyusul karena memang sudah merasakan hal-hal negatif yang sering diomongin Ms.Y, tapi terutama karena saya tiba-tiba dapat tawaran kerja di kantor ketiga (kantor saya sekarang) yang lebih menarik (tanpa saya apply ke sana).

Nah, yang paling unik ada di kantor saya sekarang, sebut saya Ms. Z. Di hari pertama saya masuk kerja, meja dan komputer saya belum siap, jadinya saya nebeng meja dia, nganggur seharian. Selama itu, dia sangat manis pada saya. Sepanjang hari dia menceritakan semua hal positif tentang kantor, kebijakannya, dan kebaikan boss kami. Pokoknya dia membuat perusahaan ini terdengar sempurna. Tapi di hari berikutnya, seolah dia berubah jadi orang yang berbeda. Dia menunjukkan muka nyinyir tiap kali ngebahas perusahaan ini. Dia menceritakan segala hal negatif. Bahkan dia ngeledek rekan kerja kami yang masuknya 2 minggu sebelum saya seolah ingin berkata: "Sukurin lo masuk sini!". Dan nggak sampai sebulan setelah saya masuk, dia resign dengan tidak baik-baik (nggak baik-baiknya kenapa, nggak perlu saya ceritakan deh ya... nanti jadi gosip doang. Hehe).

Lalu saya gimana? Buat saya sih, semua perusahaan juga pasti ada positif dan negatifnya. Nggak mungkin ada perusahaan yang jelek semua, buktinya ada aja kan orang-orang yang bertahan di sana? Dan nggak mungkin juga ada perusahaan yang bagus semua, pasti ada kekurangannya juga. Buat saya pribadi, yang penting kerja di situ bisa bikin saya merasa nyaman dan bangga. Ya, kebanggaan adalah hal penting buat saya, at least sekarang ini.

Dan saya baru 4 bulan di tempat sekarang, tapi saya hepi dan bangga. Banyak hal negatif yang saya alami, tapi yang positif juga banyak. Yang terutama, bekerja sebagai desainer untuk sebuah brand yang adalah brand fashion product favorit saya di masa abege, bikin saya ngerasa bangga. Apalagi ini brand lokal, sesuai dengan idealisme saya, bangga dengan produk lokal yang berkualitas setara produk luar. Jujur, saya masih enggan 'menunjukkan' rasa bangga ini di antara teman-teman kantor yang rutin menjelek-jelekkan kantor sendiri. Tapi melalui posting hari ini, saya bisa menyatakan.

Saya bangga jadi desainer Colorbox :p

Sunday, March 6, 2011

Errr.... Salah!

Saya hampir saja berpotensi (di-bold, sebelum di bilang geer: "siapa juga yang mao gosipin lo? hahahahaha) menjadi bahan gosip baru satu almamater. Haha

Jadi ceritanya, semalam saya, Mas Ben, dan keluarganya pergi ke salah satu mal di bilangan Jakarta Utara *sok misterius*. Keluarga Mas Ben yang ikut termasuk Pia (adiknya Mas Ben) dan pacarnya (Charli). Setelah dinner, kita jalan-jalan di daerah pernak-pernik abege. Mas Ben -seperti biasa- nggak suka liat-liat barang-barang wanita, dan langsung duduk aja begitu ketemu bangku. Pia dan Charli, dan Yosi (sepupu Mas Ben) muter-muter bertiga, sementara saya masuk ke salah satu toko di daerah sana.

Di toko itu saya ketemu seorang teman SMA saya yang lagi jalan-jalan sendirian. Saya nggak dekat sama dia waktu SMA, kita cuma saling tahu nama aja. Dia malah sempet bengong pas ketemu saya sampe saya manggil duluan. Trus, seperti biasa, terjadilah percakapan basa-basi:

Dia: "Lo sama siapa? Sendirian?"
Saya: "Oh nggak, gue sama cowo gue. Lo sendirian?"
Dia: "Nggak, sama adek gue, dia lagi potong rambut di bawah"
Saya: "Ooh... (tiba-tiba Pia dan Charli lewat, mereka berdua jalannya agak misah, dan saya langsung reflek nunjuk) nah tuh si Charli!"
Dia: (hening sedetik, lalu bergumam) "ooooh....." (lalu melambai ke Charli)

*Oops....*

Sebelum lanjut, mari saya jelaskan. Jadi si Charli ini teman SMA saya juga (dia kenal Pia juga secara nggak langsung dari saya -jelasnya, baca di sini-), makanya saya nunjukkin dia ke temen SMA saya yang nggak sengaja ketemu ini. Nah jaman-jaman dulu itu saya sempet digosipin "ada apa-apa" juga sama si Charli oleh beberapa orang. Waktu saya bilang saya pergi sama cowo saya, trus dilanjutkan dengan nunjuk si Charli, dan dilanjutkan dengan 'awkward ooh' dari dia, saya jadi feeling ada yang salah nih....

Jadi selanjutnya, langsung saya luruskan:

Saya: "Iya, si Charli jadian sama adenya cowo gue"
Dia: "Oh... ya ampun, dunia sempit ya"

Yes, it's a small world, indeed

Wednesday, March 2, 2011

Dilema

BBM antara saya dan dia:

Mas Ben: “Tanggal 12 kita ada acara, nggak?”

Saya: (sambil kerja) “Kita? Nggak kayanya. Emang kenapa?”

Mas Ben: “Gak apa-apa. Bukannya mau ke tempat Sarno? (nama seorang anak penderita kanker di Rumah Kita. Saya dan teman-teman gereja rencannya mau ke sana di tanggal 12 – red)”

Saya: “Oh iya sih. Tapi kan belom pasti, belom ada konfirmasi dari pengurusnya”

Mas Ben: “Oh gitu. Ya udah”

Saya: “Emang kenapa sih?”

Mas Ben: “Gak apa-apa.”



Dan saya kembali sibuk *pura-pura* kerja (hehe – nggak ding, kerja beneran kok) di kantor, dan segera lupa dengan pembicaraan itu.

Malamnya, abis pacaran sama cowonya (haha – nggak kok, teman akrab kami ajah) dia menyempatkan diri mampir ke rumah saya, sambil bawa....

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

JENG JENG JENG....

.

.

.

.

.

.

.

.

.


Bukan bawa brochure ini sih, tapi bawa tiketnya. Hehe. Tiket Teater Koma: “Sie Jin Kwie Kena Fitnah”, tanggal 11 Maret 2011. Tiketnya dia yang pegang dan saya belum sempat foto. Nanti saya ganti deh fotonya.

Nah, ini nih tiketnya


WHOAAA.... Senang!!!

Sejak tahun pertama pacaran, kami emang nggak pernah absen nonton Teater Koma setiap tahun, tapi baru kali ini dia beliin tiketnya dengan penuh inisiatif tanpa ngomong dulu sama saya.

Dan, karena nggak ngomong dulu, tanggalnya ternyata bertepatan dengan PerAng (Pertemuan Angkatan) yang bakal dibikin di tanggal 11-12 Maret, dan yang seharusnya saya bantu koordinir. Yah tapi karena ganti tempat ke Jakarta, dan sekarang diurus si Bu Inggrid, saya technically bisa absen sih. Tapi kan saya rindu Givers juga.....

Tapi bagaimana mungkin saya menolak hadiah kejutan yang terjadinya once in a million ini? Hehehehehehehehehehehehe

Jadi, dengan ini, terimalah permintaan maaf saya, Givers. Saya akan menyusul Sabtu pagi *sambil hapus air mata*

Tuesday, March 1, 2011

Keinginan Hati



dan bergembiralah karena TUHAN; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. (Mazmur 37:4)


Bukan pertama kali sih denger ayat ini. Tapi ayat ini dicetuskan sama si Glory untuk menanggapi cerita saya sekitar satu bulan lalu. Waktu itu saya baru aja tahu kalo mimpi saya tentang suatu hal yang penting dalam hidup saya, suatu hal yang saya inginkan dari kecil tapi saya rasa nggak akan tercapai karena satu dan lain hal, ternyata akan terwujud. Belum terwujud sekarang, tapi ada titik sangat cerah untuk mewujudkan itu. hehehehe sorry, detilnya hanya untuk kalangan terbatas.

Lalu setelah itu, saya seperti berkali-kali diingatkan sama ayat itu. Pas lagi baca buku ada ayat itu, terus di situasi lain juga tiba-tiba ada ayat itu, sepertinya ayat itu kayak muncul-muncul terus di sekitar saya, walaupun saya nggak khusus baca bagian perikopnya.

Aneh, padahal sebelumnya, saya bener-bener jarang nemu ayat itu.
Saya jadi mulai bertanya-tanya dalam hati. Biasanya kalo ada sesuatu (apalagi ayat!) yang muncul-muncul terus, mau ada apa-apa nih yang nyangkut isi ayat itu. Tapi aneh, biasanya yang kaya gitu kan ayat yang isinya perintah atau teguran. Ini malah ayat 'hepi-hepi'. haha. Saya sih nggak lanjut mikirin.

Lalu kemaren,
Seseorang hubungin saya nawarin sebuah pekerjaan freelance di sebuah tempat, sebut aja X. Dan beberapa waktu belakangan saya sering banget nyebut-nyebut X ini. Saya baca tentang X ini udah lama, tapi entah kenapa baru beberapa waktu belakangan sangat ingin ke sana. Sampe waktu planning liburan bareng keluarga si pacar, saya juga sempat memperjuangkan tempat ini (tapi mereka gak mau... hiks). Eeeeeh ini malah ditawarin, dibayarin akomodasi dan transportasinya (walau fee-nya serelanya karena yang kasih job orang dekat). Yah memang sih belom tentu project ini beneran saya dapetin. Tapi yah, saya sih udah seneng aja kayak dikasih hadiah sama Tuhan. Kalo nanti ternyata nggak dapet juga gapapa deh. Rasa senang yang sekarang udah terlalu memabukkan. Suatu saat saya sepertinya akan ke sana juga walau dengan biaya sendiri *pedejaya

Lalu sore ini,
Ayat ini teringat kembali. Jadi ceritanya, setelah melalui proses penyusunan skripsi yang cuku panjang karena dipenuhi halang rintang dari luar, si pacar udah ngumpulin skripsinya di akhir bulan lalu dan sejak itu mulai nganggur sambil nunggu jadwal sidang yang harusnya keluar kemarin. Nah, sekitar dua minggu lalu saya sambil bercanda, bilang ke pacar: "Mas Ben, kamu jangan nyantai-nyantai ya. Aku sih udah doain kamu biar dapet sidang awal-awal loh, dan biasanya doaku suka dikabulin loh." *rese ya saya

Hehe. Saya waktu itu beneran doain loh. Kenapa? soalnya si pacar udah bawel pengen cepet-cepet kerja, dan dia udah cukup kesel karena skripsinya harus molor cukup jauh (yang berarti lulusnya juga molor) dari target dia. Makanya saya memang doain sungguh2 waktu itu tiap malem.

Dan tahu nggak? Sore ini jadwalnya keluar. Dan dia dapet HARI PERTAMA di GILIRAN PERTAMA.

Astaga, Pacar Pertamaku itu ngabulin keinginan hati kok ya nggak kira-kira? Hehe. Maaf ya, Mas Ben, jadi ikut 'terseret'. Hehe (kamu seneng apa enggak ya sebenernya?)

Pacar keduaku, Mas Ben, selamat mempersiapkan diri. Jangan lupa rajin berdoa juga ya. Inget-inget Mazmur 37:4.