Sebenernya aku punya sebuah keinginan, yang cuma disimpan dalam hati tapi terus terngiang-ngiang dan terus kubawa dalam doa.
Aku ingin lulus dapet nilai TA yang bagus, lulus dengan IPK bagus. Salah satunya supaya Pa-Ma ku bisa bangga, tapi yang terutama, karena aku ingin bisa menyatakan kalo aku bisa karena anugerah dari Dia.
Makanya hari ini kecewa luar biasa ketika sidang gak berjalan sesuai yang kubayangkan.
Terus terang, aku merasa udah berusaha sangat optimal dan udah nyiapin diri buat sidang sebaik mungkin. Aku juga udah menyiapkan hati buat menerima berbagai masukan dari dosen penguji nantinya.
Tapi ternyata semuanya terjadi gak sesuai harapan. Harusnya salah satu penguji adalah dosen pembimbing, tapi ini nggak ada dosen pembimbingku. Padahal si dosen pembimbing itu juga sebenernya nggak ngapa-ngapain dan ada di kampus. Padahal juga, aku udah komplain ke penyusun jadwal sidang, supaya aku bisa disidang dosen pembimbing.
Sekedar info, salah satu 'fungsi' dosen pembimbing di sidang adalah sebagai 'pembela' yang ngebantu arahin jawaban aku (yang disidang) kalo kita mentok atau kebingungan, soalnya mereka kan yang udah bener-bener ikutin perkembangan karya kita, dan mereka juga yang udah meng-ACC setiap proses pembuatan karya.
Dan ternyata, dosen-dosen penguji ini punya pendapat yang beda dengan dosen pembimbing maupun dosen pengujiku waktu sidang konsep dan visual. Banyak hal yang sifatnya cukup fundamental jadi dipertanyakan. Padahal ini hal-hal mendasar yang udah terlelbih dahulu lewat proses riset dan persetujuan dosen pembimbing dan penguji sidang konsep dan visual.
Jadi kecewa, merasa dipecundangi keadaan.
Merasa udah melakukan yang terbaik, merasa udah menyiapkan sesiap mungkin, tapi terserang karena keadaan.
Kecewa, karena target nilai yang ingin kucapai sepertinya melayang begitu aja. Keinginan yang kusebutkan di awal sepertinya sulit diraih.
Tapi sebenar-benarnya, hasil akhir lulus atau nggak, plus nilainya baru keluar nanti di tanggal 10 Juli. Dan selama proses Tugas Akhir ini, aku banyak diajarkan-Nya untuk mempercayakan segala sesuatu sama Dia sekalipun nampak nggak mengenakkan. Segala sesuatu yang keliatan jelek ternyata berakhir super indah. (baca posting sebelum ini)
Dengan pemahaman ini, aku berdoa supaya bisa beriman kepada rancangan Tuhan yang indah. Indah bukan berarti aku mendapat apa yang aku harapkan, tapi ketika aku bisa memuliakan Tuhan. Mungkin aku bisa lebih memuliakan Tuhan, bisa menjadi berkat bagi banyak orang, bukan ketika aku mendapat apa yang aku harapkan, tapi ketika aku justru nggak mengharapkannya.
Who knows?
Yang jadi penghiburan adalah sebuah iman bahwa sidang ini, kekecewaan ini hanyalah titik kecil dalam sebuah lukisan yang besar, lukisan kehidupanku. sebuah titik tak beraturan berwarna abu-abu mungkin terlihat buruk rupa, tapi dalam sebuah lukisan yang besar, titik itu adalah bagian dari gambaran tulang-tulang daun yang hijau dan indah.