Tuesday, June 9, 2009

Orang dan Barang

Kalau ditanya mana yang lebih penting:
Orang atau Barang?

Pasti semua makhluk di bumi (yang masi normal) dengan cepat dan yakinnya ngejawab: Orang.

Tapi gimana kalo ponakan yang masih kecil dan bandel luar biasa minta main games di laptop kesayangan penuh data penting? Ijinin atau nggak? Atau ijinin dengan kurang rela, lengkap dengan petuah-petuah "Cuci tangan dulu! Eh jangan pegang ini! Eh jangan gitu pakenya, nanti rusak! Eh...gini...eh gitu...."

Lebih pengen ponakan bisa main games sekalian belajar pake komputer atau lebih takut laptop baret-baret?

Yang mana orang, yang mana barang?

Atau waktu buku yearbook, buku berharga semasa SMA, dipinjam adik. Buku itu jatoh dengan gak sengaja, dan dia cuma menahannya dengan memegang satu halaman, yang akhirnya bikin halaman itu sobek.

Lebih pengen adik nggak terlalu merasa bersalah dengan menenangkan dan memaafkan dia, atau lebih pengen ngomel-ngomel dan menyesal udah minjemin yearbook itu ke dia?

Yang mana orang, yang mana barang?

Atau ketika punya mobil baru dan hari itu harus menjemput sepupu dari SD-nya. Sebelum dia naik, berbagai peringatan keluar dari mulut, "Ini mobil baru, jangan gini...jangan gitu.... jangan pegang ini....jangan pegang itu...." sampe si sepupu cuma bisa duduk dengan tegang, nggak berani menyentuh apa-apa padahal sebenernya dia pengen tanya macam2 tentang mobil barumu.

Lebih pengen sepupu ceria dan bisa cerita dan tanya macam-macam atau lebih pengen mobil baru (yang dalam 365 hari ke depan gak jadi mobil baru lagi) tetap seperti sedia kala selama mungkin?

Yang mana orang, yang mana barang?

Seringkali mudah kita menyatakan lebih penting orang daripada barang. Tapi seringkali juga secara ga sadar, kita lebih sayang barang daripada orang. Dan seringkali ini terjadi ke anak-anak di sekitar kita, anak, ponakan, sepupu, adik, dsb.

Kasus-kasus di atas beneran terjadi (dengan sedikit adaptasi cerita). Dan para 'pelaku'nya bukanlah orang-orang yang gak peduli. Mereka adalah orang-orang dewasa yang sesungguhnya sangat menyayangi anak-anak itu.

Tapi terkadang orang dewasa yang sangat pengasih juga lupa akan nilai sesungguhnya dari benda yang dianggap sangat berharga. Dan lupa betapa itu sangat gak sebanding dengan betapa berharganya jiwa-jiwa kecil yang haus kasih sayang, yang sebenarnya cuma ingin mendapatkan perhatian dan pengertian akan kretifitas mereka.



Tulisan ini terinspirasi dari The Last Lecture by Randy Pausch.
Dia seorang suami, ayah tiga anak, perancang beberapa wahana di Disneyland, yang di usia muda menerima vonis hidupnya tinggal 3-6 bulan karena kanker pankreas yang menggerogotinya. Setelah vonis tersebut, iya memutuskan menjalani hidupnya dengan lebih optimal, salah satunya dengan memberi 'kuliah' tentang kehidupan dan meraih mimpi. (bisa temen-temen search di google atau youtube)

Dia menyebutkan banyak hal yang inspiratif dan salah satunya menginspirasi penulisan posting ini.

3 comments:

  1. good one din, make me think about that.. hehe. thanks

    ReplyDelete
  2. wahhh...keren din...haha...
    gue juga dulu pernah marahin ade gue gara2 ngegunting rambut barbie gue, pernah marahin dia berhari-hari gara-gara bikin komputer rusak di saat-saat penyelesaian skripsi gue...hahaha...
    well, kadang-kadang perlu hal seperti itu supaya mereka juga mengerti mana yang boleh dan mana yang ga boleh...

    ReplyDelete
  3. Haha, itu sih beda kasus, Mal. Kalo salah kan memang harus ditegur, tapi porsisnya gimana dulu. Nah tulisan ini sebenernya lebih cocok waktu hadapin anak kecil.

    Kadang kita udah keburu ketakutan milik kita rusak, lebi sayang barang daripada orang, sampe ga ijinin sama sekali dia pake barang-barang kita.

    Contoh lagi, misalnya dah jadi ortu, bakal ijinin gak anaklu ngelukis di tembok? Risikonya, lu harus tahan ngeliat gambar gak karu2an di tembok putihlu. haha.
    Lebih gampang ngelarang kan, padahal jadi menghalangi kreatifitas. Padahal bisa aja diijinin ngelukis di tembok kamarnya aja, di luar itu gak boleh.

    Yah, segala sesuatu baik kalo sesuai porsi.

    ReplyDelete