Friday, October 2, 2009

Kebanggaan di Balik Goresan Canting




2 Oktober 2009,
Hari ini, berjalanlah melintasi padatnya lalu lintas ibukota, sambil menikmati pameran berbagai corak dan warna sebuah warisan budaya Indonesia - ya, sebuah warisan budaya negeri kita, yang sudah diakui dunia, melalui UNESCO - BATIK.

Mungkin cuma satu hari ini, pemandangan unik penuh motif khas bisa kita nikmati. Sepertinya besok, sebagian besar orang akan kembali ke busananya masing-masing.

Pemandangan satu hari, yang membuat bangga sekaligus haru. Berdiri bergelantungan dalam Trans Jakarta dengan berbagai pikiran berkecamuk, hingga tetesan air hampir tergulir di sudut mata. Haru, ternyata masih banyak orang-orang yang setidaknya peduli. Walaupun entah hanya karena disuruh boss di kantor, janjian sama teman, atau ikut trend yang berminggu-minggu disebarkan di Pustaka Rupa, haru tetap ada.

Haru melihat sebuah warisan budaya menerima apresiasi yang memang selayaknya diterima yang pada kenyatanya diabaikan sejak lama.

Setelah seringkali disalahartikan sebagai 'kuno' dan 'tua', akhirnya ada suatu kebanggaan di balik goresan canting.

Tapi bagaimana setelah hari 'batik' ini berlalu? Akankah timbul kerinduan untuk berkenalan lebih lanjut dengannya? Dengan bergai jenis dan makna coraknya? dengan daerah-daerah asalnya? Atau setidaknya akankah corak-corak itu tetap bertahan berseliweran di jalan-jalan, di mal-mal?

Lalu bagaimana pula dengan nasib budaya lainnya? Yang juga sudah diakui dunia sebagai warisan budaya Indonesia? Akankah dunia mengakui, tapi tidak dengan kita?

Bagaimana degan nasib Wayang? Keris? Angklung? Batik.... setelah hari ini...?

Klik untuk baca berita tentang hal ini

Monday, August 31, 2009

Jangan Pacaran Sama Cowo Ganteng

Pasangan di mana si cewe lebih good-looking daripada cowonya lebih harmonis dibanding kalo si cowo lebih good-looking daripada cewenya.

Percaya?

Itu yang aku baca dari sebuah artikel di majalah lokal Kelapa Gading yang memang sering memuat isu-isu ilmiah yang unik. Berdasarkan artikel tersebut, pernah diadakan penelitian di Amerika terhadap beberapa pasangan (lupa tepatnya, tapi cukup banyak). Kalau aku nggak salah inget, mereka adalah pasangan-pasangan menikah dari berbagai usia dan latar belakang.

Pertama, mereka masing-masing diminta menilai fisik pasangannya dengan nilai 1-10. Setelah itu mereka diamati ketika sedang bertengkar (entah gimana cara mengamatinya, pokoknya bisa diamati deh).

Berdasarkan penelitian tersebut bisa disimpulkan respon cowo dan cewe dalam pertengkaran/perdebatan terhadap pasangannya.


Cowo yang menilai pasangannya lebih menarik daripada dirinya cenderung lebih menghargai pasangannya daripada cowo yang menilai pasangannya kurang cantik. Jadi mereka yang menilai istrinya lebih menarik daripada dirinya, cenderung bersikap lebih lembut dan penuh penghargaan dalam berkata-kata. Menurut artikel tersebut, ini disebabkan cowo tersebut ngerasa mereka mendapatkan pasangan yang sebenernya lebih tinggi dari standar mereka.

Sedangkan...

Cewe cenderung memberi respon yang berimbang, sesuai tindakan yang dilakukan suaminya kepadanya. (Kalau suaminya lembut, si istri juga melembut. Kalo suaminya kasar, si istri juga meradang).

Jadilah, pasangan yang cewenya lebih menarik, cenderung lebih harmonis, karena bisa mengendalikan pertengkaran dengan lebih baik.

In my opinion....

Fakta ini lumayan mengejutkan dan membuka mata, tapi sangat masuk akal. Kalo dipikir-pikir ini berkaitan dengan ketertarikan cowo terhadap visual dan cewe terhadap audio.
Kelembutan sikap cowo tergantung pada kecantikan si cewe (visual).
Kelembutan sikap cewe tergantung pada sikap, kata-kata, intonasi si cowo (audio).

Lalu...
Apa artinya kita para cewe-cewe ga bisa dapet cowo ganteng?
Atau gimana nasib cewe-cewe yang kurang cantik menurut standar pada umumnya? Apakah harus nyari cowo yang supeeer jelek? (wah kejam ya pernyataan ini..)

Menurutku yang penting...
Yang perlu dicari adalah cowo dan cewe yang dewasa dalam segala aspek (rohani, psikis, fisik juga dong). Orang yang benar-benar dewasa harusnya nggak lagi egosentris dan lebih bisa menghargai pasangannya.

Dan paling gampang, cari yang cinta Tuhan, jadi dia bisa ngeliat kecantikan pasangannya. Karena tiap cewe emang cantik dengan caranya, wong putri Raja kok...

Nah, kalo berpasangan dengan putri Raja dan putra Raja, udah pasti di atas standar kita dong? dan harusnya lebih bisa menghargai dong? Wong harusnya kita ga layak kok dapet putra/putri Raja.

Friday, July 17, 2009

Liat Yuk Dalemnya!

"Liat yuk dalemnya!"

Itu kalimat yang keluar dari mulutku waktu jalan di FX bareng mamaku. Waktu itu kita baru keluar dari toilet, dan kita ngeliat sebuah pintu tertutup berwarna cerah, bertuliskan "POWDER ROOM".

Jujur, sebelumnya aku ga pernah denger istilah "powder room" jadi ga kebayang ruangan apaan tuh. Dan inilah percakapan yang terjadi di antara aku dan mamaku.

Aku: "Eh, ada powder room. Ruangan apa ya?"
Mama: "Iya ya. Ga tau buat apa."
Aku: "Buat bedakin ato ganti pampers bayi kali ya?"
Mama: "Mm.. iya kali."
Aku: "Liat yuk dalemnya!"

Waktu aku ngomong kalimat itu, sebenernya setengah ragu juga, ngerasa aku terlalu penasaran, dan kuatir dengan reaksi mamaku. Tapi ternyata ini bagian dialog mamaku selanjutnya:

Mama: "Yuk" (sambil membuka pintu itu)

Memang, pada akhirnya si pintu ternyata terkunci, jadi kita gak bisa liat dalemnya. Tapi kejadian kecil ini membuatku amat bersyukur. Aku baru menyadari kalo inilah karakter mamaku yang telah membentukku jadi seperti ini. Aku rasa gak semua mama-mama bakal ngerespon kaya gitu dalam kondisi yang sama. Bisa jadi respon mama-mama lain seperti ini:

"Hah? Jangan ah."
"Aduuh... ngapain sih? Ada-ada aja."
"Jangan ah, penasaran amat sih, bikin malu aja."

Aku baru sadar ternyata dari kecil aku memang dididik untuk berusaha memenuhi rasa ingin tahuku semaksimal mungkin. Aku memang selalu pengen nyoba hal baru. Waktu kecil seringkali aku minta saputangan bekas, dan minta diajarin jahit. Aku minta karton buat dibikin rumah-rumahan. Aku minta kain-kain dan selendang buat dibikin baju. Aku minta diajarin pake mesin ketik listrik (di usia 5 th-an) buat bikin menu 'restoran' buatanku.

Dan seingatku, gak sekalipun mamaku menolak.
Pasti lebih mudah baginya untuk bilang:
"Saputangannya gak ada. Main yang lain aja." atau
"Nanti aja kalo uda gede belajar ngetiknya. Kamu kan masih kecil."

Tapi dia ga pernah mengeluarkan kata-kata semacam itu. Sebaliknya, dia selalu ngajarin aku semaksimal mungkin, dalam segala hal, seolah-olah aku bener-bener akan bisa bikin semuanya dengan baik. Dia gak terlalu kuatir aku luka ketusuk jarum atau mesin tik nya rusak karena aku salah pake.

Amsal 22;6
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu."

Sebagian dari kita (termasuk aku) mungkin mikir ayat itu maksudnya kalo kita didik anak-anak kita di jalan yang benar sesuai Firman Tuhan, ia nggak akan menyimpang.

Tapi Max Lucado dalam bukunya "Temukan Sweet Spot Anda" mengatakan bahwa jalan yang dimaksud mengacu pada kemampuan atau ciri-ciri unik yang dimiliki si anak (tentu aja uraiannya ada lebih lengkap di buku ini). Dan bung Lucado juga mengakui kalo gak banyak anak-anak yang beruntung dididik oleh orangtua yang menyadari hal ini.

Ternyata, aku salah satu anak yang beruntung itu.
Thx, God
Thx, Mom.


Tuesday, July 14, 2009

Get to Know Dina

Your view on yourself:

You are down-to-earth and people like you because you are so straightforward. You are an efficient problem solver because you will listen to both sides of an argument before making a decision that usually appeals to both parties.

The type of girlfriend/boyfriend you are looking for:

You like serious, smart and determined people. You don't judge a book by its cover, so good-looking people aren't necessarily your style. This makes you an attractive person in many people's eyes.

Your readiness to commit to a relationship:

You prefer to get to know a person very well before deciding whether you will commit to the relationship.

The seriousness of your love:

Your have very sensible tactics when approaching the opposite sex. In many ways people find your straightforwardness attractive, so you will find yourself with plenty of dates.

Your views on education

Education is very important in life. You want to study hard and learn as much as you can.

The right job for you:

You're a practical person and will choose a secure job with a steady income. Knowing what you like to do is important. Find a regular job doing just that and you'll be set for life.

How do you view success:

You are afraid of failure and scared to have a go at the career you would like to have in case you don't succeed. Don't give up when you haven't yet even started! Be courageous.

What are you most afraid of:

You are concerned about your image and the way others see you. This means that you try very hard to be accepted by other people. It's time for you to believe in who you are, not what you wear.

Who is your true self:

You are mature, reasonable, honest and give good advice. People ask for your comments on all sorts of different issues. Sometimes you might find yourself in a dilemma when trapped with a problem, which your heart rather than your head needs to solve.

Wednesday, June 24, 2009

Lukisan yang Besar

Sebenernya aku punya sebuah keinginan, yang cuma disimpan dalam hati tapi terus terngiang-ngiang dan terus kubawa dalam doa.
Aku ingin lulus dapet nilai TA yang bagus, lulus dengan IPK bagus. Salah satunya supaya Pa-Ma ku bisa bangga, tapi yang terutama, karena aku ingin bisa menyatakan kalo aku bisa karena anugerah dari Dia.

Makanya hari ini kecewa luar biasa ketika sidang gak berjalan sesuai yang kubayangkan.

Terus terang, aku merasa udah berusaha sangat optimal dan udah nyiapin diri buat sidang sebaik mungkin. Aku juga udah menyiapkan hati buat menerima berbagai masukan dari dosen penguji nantinya.

Tapi ternyata semuanya terjadi gak sesuai harapan. Harusnya salah satu penguji adalah dosen pembimbing, tapi ini nggak ada dosen pembimbingku. Padahal si dosen pembimbing itu juga sebenernya nggak ngapa-ngapain dan ada di kampus. Padahal juga, aku udah komplain ke penyusun jadwal sidang, supaya aku bisa disidang dosen pembimbing.

Sekedar info, salah satu 'fungsi' dosen pembimbing di sidang adalah sebagai 'pembela' yang ngebantu arahin jawaban aku (yang disidang) kalo kita mentok atau kebingungan, soalnya mereka kan yang udah bener-bener ikutin perkembangan karya kita, dan mereka juga yang udah meng-ACC setiap proses pembuatan karya.

Dan ternyata, dosen-dosen penguji ini punya pendapat yang beda dengan dosen pembimbing maupun dosen pengujiku waktu sidang konsep dan visual. Banyak hal yang sifatnya cukup fundamental jadi dipertanyakan. Padahal ini hal-hal mendasar yang udah terlelbih dahulu lewat proses riset dan persetujuan dosen pembimbing dan penguji sidang konsep dan visual.

Jadi kecewa, merasa dipecundangi keadaan.

Merasa udah melakukan yang terbaik, merasa udah menyiapkan sesiap mungkin, tapi terserang karena keadaan.

Kecewa, karena target nilai yang ingin kucapai sepertinya melayang begitu aja. Keinginan yang kusebutkan di awal sepertinya sulit diraih.

Tapi sebenar-benarnya, hasil akhir lulus atau nggak, plus nilainya baru keluar nanti di tanggal 10 Juli. Dan selama proses Tugas Akhir ini, aku banyak diajarkan-Nya untuk mempercayakan segala sesuatu sama Dia sekalipun nampak nggak mengenakkan. Segala sesuatu yang keliatan jelek ternyata berakhir super indah. (baca posting sebelum ini)

Dengan pemahaman ini, aku berdoa supaya bisa beriman kepada rancangan Tuhan yang indah. Indah bukan berarti aku mendapat apa yang aku harapkan, tapi ketika aku bisa memuliakan Tuhan. Mungkin aku bisa lebih memuliakan Tuhan, bisa menjadi berkat bagi banyak orang, bukan ketika aku mendapat apa yang aku harapkan, tapi ketika aku justru nggak mengharapkannya.

Who knows?

Yang jadi penghiburan adalah sebuah iman bahwa sidang ini, kekecewaan ini hanyalah titik kecil dalam sebuah lukisan yang besar, lukisan kehidupanku. sebuah titik tak beraturan berwarna abu-abu mungkin terlihat buruk rupa, tapi dalam sebuah lukisan yang besar, titik itu adalah bagian dari gambaran tulang-tulang daun yang hijau dan indah.

Saturday, June 13, 2009

Senang senang tralala

Setelah bekerja belasan jam, nyaris nonstop, secangkir kopi pekat, sebungkus toge goreng, hiburan dari TV yang nyala nyari 24 jam, serta tiga jam tidur.

Setelah setangkup roti bakar, momen nyetir sendirian yang menyenangkan, tempat parkir yang super strategis, aku sekarang sedang menunggu di tempat digital printing. Ya, menunggu Datuk Maringgih-ku.

Setelah perjuangan (dan per'santai'an) berbulan-bulan (nyaris 7 bulan kalo dipikir-pikir) akhir dari bab kehidupanku yang ini udah di depan mata.

Satu hal utama yang kupelajari:
Pacar pertamaku bener-bener bekerja tepat pada waktunya dan Dia sungguh tau apa yang aku butuh lebih daripada diriku sendiri.




Ia memberiku dosen pembimbing yang tidak aku harapkan, tapi ternyata dia sangat kritis, dan karena kritisnya banyak yang takut kalo disidang sama dia. Tapi karena dia pembimbing utamaku, dia uda banyak mempersiapkan aku ini dan itu.

Ia memberiku kesempatan untuk kenal sama banyak temen-temen DKV melalui TA ini. yang tadinya jarang ketemu, gak pernah ngobrol karena ga pernah sekelas, sekarang seolah semuanya jadi teman seperjuangan, sehati, dan saling dukung.

Ia menunjukkan betapa banyaknya orang yang peduli dan sayang sama aku.

Ia kasih jadwal sidang visual di hari terakhir (yang awalnya bikin buuueeeeeteeee) tapi ternyata Dia tahu kalo aku pada akhirnya memang baru bisa kelarin tanggal segitu.

Ia kasih kejutan manis buat sahabatku (yang juga lagi tugas akhir), di saat-saat terakhir, namun sangat tepat waktu.

Terlalu banyak...

Kadang kita gak percaya, kadang kita lupa.
Kadang kita pikir hanya kita yang paling mengenal diri kita.
Kadang rancangan-Nya keliatan menyakitkan
Sampai kita sulit menerima
Tapi satu hal yang kelihatan klise, tapi benar adanya
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya.

Tuesday, June 9, 2009

Orang dan Barang

Kalau ditanya mana yang lebih penting:
Orang atau Barang?

Pasti semua makhluk di bumi (yang masi normal) dengan cepat dan yakinnya ngejawab: Orang.

Tapi gimana kalo ponakan yang masih kecil dan bandel luar biasa minta main games di laptop kesayangan penuh data penting? Ijinin atau nggak? Atau ijinin dengan kurang rela, lengkap dengan petuah-petuah "Cuci tangan dulu! Eh jangan pegang ini! Eh jangan gitu pakenya, nanti rusak! Eh...gini...eh gitu...."

Lebih pengen ponakan bisa main games sekalian belajar pake komputer atau lebih takut laptop baret-baret?

Yang mana orang, yang mana barang?

Atau waktu buku yearbook, buku berharga semasa SMA, dipinjam adik. Buku itu jatoh dengan gak sengaja, dan dia cuma menahannya dengan memegang satu halaman, yang akhirnya bikin halaman itu sobek.

Lebih pengen adik nggak terlalu merasa bersalah dengan menenangkan dan memaafkan dia, atau lebih pengen ngomel-ngomel dan menyesal udah minjemin yearbook itu ke dia?

Yang mana orang, yang mana barang?

Atau ketika punya mobil baru dan hari itu harus menjemput sepupu dari SD-nya. Sebelum dia naik, berbagai peringatan keluar dari mulut, "Ini mobil baru, jangan gini...jangan gitu.... jangan pegang ini....jangan pegang itu...." sampe si sepupu cuma bisa duduk dengan tegang, nggak berani menyentuh apa-apa padahal sebenernya dia pengen tanya macam2 tentang mobil barumu.

Lebih pengen sepupu ceria dan bisa cerita dan tanya macam-macam atau lebih pengen mobil baru (yang dalam 365 hari ke depan gak jadi mobil baru lagi) tetap seperti sedia kala selama mungkin?

Yang mana orang, yang mana barang?

Seringkali mudah kita menyatakan lebih penting orang daripada barang. Tapi seringkali juga secara ga sadar, kita lebih sayang barang daripada orang. Dan seringkali ini terjadi ke anak-anak di sekitar kita, anak, ponakan, sepupu, adik, dsb.

Kasus-kasus di atas beneran terjadi (dengan sedikit adaptasi cerita). Dan para 'pelaku'nya bukanlah orang-orang yang gak peduli. Mereka adalah orang-orang dewasa yang sesungguhnya sangat menyayangi anak-anak itu.

Tapi terkadang orang dewasa yang sangat pengasih juga lupa akan nilai sesungguhnya dari benda yang dianggap sangat berharga. Dan lupa betapa itu sangat gak sebanding dengan betapa berharganya jiwa-jiwa kecil yang haus kasih sayang, yang sebenarnya cuma ingin mendapatkan perhatian dan pengertian akan kretifitas mereka.



Tulisan ini terinspirasi dari The Last Lecture by Randy Pausch.
Dia seorang suami, ayah tiga anak, perancang beberapa wahana di Disneyland, yang di usia muda menerima vonis hidupnya tinggal 3-6 bulan karena kanker pankreas yang menggerogotinya. Setelah vonis tersebut, iya memutuskan menjalani hidupnya dengan lebih optimal, salah satunya dengan memberi 'kuliah' tentang kehidupan dan meraih mimpi. (bisa temen-temen search di google atau youtube)

Dia menyebutkan banyak hal yang inspiratif dan salah satunya menginspirasi penulisan posting ini.

Friday, May 15, 2009

Datuk Maringgih

Gimana jadinya kalo Siti Nurbaya jatuh cinta sama Datuk Maringgih?

Aku mulai merasa jatuh cinta lagi. Uda nggak ngerasa jadi Siti Nurbaya deh.
Thx buat si Pemberi Cinta...
Dengan cinta, semuanya terasa lebih menyenangkan...haha

Dedicated to my final project

Sunday, May 3, 2009

Garra Rufa

Tralala trilili... Inilah paket refreshing ala Dina setelah berjuang beberapa minggu dengan tidur 2-3 jam/hari.
Singkat cerita, Jumat kemarin, aku deadline ngumpulin visual tuga akhir. Jadinya udah sekitar 2-3 minggu aku begadang terus, tanpa jalan2 (cuma sempet makan2 ulang tahun bentar) plus kurang tidur. Nah...setelah lewat deadline, aku merancang program refreshing, sebelum Senin besok ngelanjutin lagi bikin tugas akhir.

Gini...
Jumat siang, nonton X-Man lanjut ngopi2.
Jumat malem tidur pagi (jam 12 malem...pagi tuh!) dan nggak setel weker (biasanya aku gak pernah ga setel weker). Tujuannya ya supaya aku bangun karena emang badannya udah minta bangun.

Alhasil...Sabtu bangun jam 10 (rekor nih, siang bener).
Siang makan di luar.
Sore, ikut persekutuan...so refreshing!
Malem, makan2 ultah mamanya Mas Ben. Dan aku tiup lilin lagi...

Minggu, kebaktian, refreshing
Lanjut rapat dan sibuk2 lain.... not refreshing.

Terakhir!! tadi Sore....

JENG JENG JENG JENG JENG

FISH SPA!!!!!!!!



Waw... ini asik banget. Beneran dah.
Jadi kita mencelupkan kaki kita ke kolam penuh Garra Rufa, ikan kecil2 gitu. Nanti dia makanin sel2 kulit mati kita. Pertama kali aku nyoba dan sensasinya rrruaaarrrr biasa.
Awalnya geli2. Koko ku yang sensi bener saraf perabanya, cekikikan ga jelas awalnya.
Lama2 rasanya kayak kesetrum dikit, kayak kalo kena laptop lagi di-charge.
Satu jam kemudian.... kaki saya putih booo.....
Trus ada bekas luka yg kering2 gitu, hilang, mulus seketika...


Hwaaaaa senang.....
Soooo.....refreshing.....

Wednesday, April 22, 2009

Welcome...

Semester 1 & 2 begadang udah jadi makanan sehari-hari.
Semester-semester selanjutnya... frekuensinya makin lama makin berkurang.
Semester 7, kerja praktek, cuma beberapa kali bergadang di kantor.
Semester 8 awal, santai-santai ngerjain konsep tugas akhir
Semester 8 akhir, menjelang sidang visual..... JEGER
begadang begadang begadang..... rasanya... tangan kaki lemes....

Welcome back...

Dina bilang sama TA: "Tuhanku jauh lebih gede dari kamu!"

Tuesday, April 14, 2009

Plis deh... Aku Bukan Siti Nurbaya!

Siti Nurbaya, tokoh yang bahkan sekarang udah tergolong sebagai ikon sebuah kata yang pastinya gak populer bagi generasi muda zaman sekarang : "perjodohan"

Sebel rasanya, aku ngerasa terpaksa harus mencintai dia, padahal aku nggak ada rasa sama sekali. Apa namanya ini kalo bukan perjodohan? emangnya aku hidup di jaman apa, sih? Bukannya kata orang ini jaman modern, globalisasi, demokratis, moderat, apalah namanya, di mana semua orang punya hak asasi melakukan apa yang dia mau, termasuk memilih cinta yang dia mau.

Terus kenapa juga aku harus jatuh cinta padanya padahal setengah mati aku pengen lari dari dia. Iiih.... kalo bisa gak usah ketemu-ketemu deh. Udah gitu, tanggal pernikahan kami malah udah ditentukan dari sekarang, yang mana itu sekitar 2 bulan lagi. Dan sekarang aku udah harus siap-siap buat acara tunangan 1 bulan lagi. Apa namanya nih kalo bukan perjodohan.

Sebaaaal...

Eh tapi ternyata aku lupa loh.... lupa kalo ternyata ini mah jauh dari yang namanya perjodohan, wong awalnya emang aku yang milih dia kok. Tapi waktu itu aku kurang pikir panjang. Dan setelah kenal lebih jauh, bukan berarti ternyata aku sama sekali gak peduli sama dia sih, tapi sekarang ini aku butuh waktu rasanya, butuh break. Tapi ternyata gak bisa tuh. Lha itu lah gara-gara tanggalnya udah ditetapin. Emangnya aku mau break sampe kapan? Sampe aku tunangan nanti?

Aaaah... Pliss deh... aku bukan Siti Nurbaya.

Nah, saat ini solusi terakhirku cuma minta sama Yang Punya Cinta supaya Dia kasih aku cinta lagi buat dia yang harus kucintai.

Teruntuk tugas akhir-ku, yang awalnya kucinta, dan harus kucinta, tapi maaf ya, sekarang lagi ga cinta, tuh.... Make me love you again, please?

Wednesday, March 25, 2009

Jaga Bumi Kok Susah - Kisah Tas Kanvas

Hampir 6 bulan terakhir, aku dan mamaku berkomitmen dan membiasakan diri selalu bawa tas kanvas yang dilipat-lipat di dalam tas jalan tiap kali kami keluar rumah. Gunanya? Supaya kalo kami belanja, kami gak perlu pake kantong plastik lagi. Semua barang belanjaan dimasukin ke tas kanvas yang kami bawa. Yah, kadang sih pake kantong plastik juga kalo ternyata tas kanvas kami gak muat, tapi lumayan lah mengurangi pemakaian kantong plastik.

Apa tujuannya?
Kita semua tahu bumi kita dalam ancaman global warming dan salah satu penyebabnya sampah. Makanya salah satu caraku berpartisipasi mencegah percepatan global warming ya dengan carai mengurangi pemakaian plastik. Mungkin ada yang mempertanyakan, buat apa kita ngurangin pemakaian plastik? Toh produsennya tetep bikin juga. Tapi ya gak akan ada produksi kalo gak ada konsumennya. Kalau aja...kalau semua orang mengurangi pemakaian plastik seoptimal mungkin, logikanya suatu saat produksi plastik akan berkurang, kan? Yah, aku dan mamaku gak keberatan deh menjadi salah satu pioneernya. hehe

Di luar negeri, khususnya di barat, budaya mengurangi plastik sepertinya udah lebih dulu dimulai. Di USA contohnya, fast food dan delivery food dikemas di dalam wadah kotak karton (bukan sterofoam, kotak plastik, atau kantong plastik) yang dimasukkan ke kantong kertas (bukan kantong plastik). Di supermarket juga udah banyak yang kayak gitu. Trus denger-denger juga ada kafe-kafe yang bakal kasi harga lebih murah kalo kita bawa cangkir sendiri.

Nah, kondisi ini beda sama di Indonesia. Kesadaran ini menurut pengamatanku baru mulai sekitar 1 th belakangan. Salah satu yang harus diacungin jempol tuh Superindo, sebuah brand supermarket yang salah satunya ada di Spormall, Kelapa Gading. Mereka ngejual sebuah kantong ramah lingkungan ukuran gede dengan harga 10ribu. Kalo tiap kali belanja di sana kita bawa kantong itu, kita bakal dapet cap-cap yang bisa dikumpulin untuk dituker sama kantong kanvas yang keren. Trus kita juga bisa milih untuk make kardus-kardus bekas buat bawa belanjaan kita ketimbang kantong plastik. Dan kita juga akan dapet reward, entah diskon atau apa (aku lupa). Pokoknya usahanya untuk mengedukasi pembelinya OK banget menurutku.

Nah, kalo di tempat lain, bisa beda kejadiannya. hehe.

Aku pernah beli Softlense Solution (cairan buat softlense) di sebuah Optik di Karawaci, begini kira-kira percakapanku dengan mba pramuniaga:
aku: Nggak usah pake plastik, mba
mba: Loh, gak papa, pake aja. Tas nya muat?
aku: Nggak usah, saya bawa ini (sambil keluarin tas kanvas)
mba (heran): Oh, gitu...hebat ya...
aku: hehe... kan cinta lingkungan, mba...

Trus pernah juga aku beli dress di bazaar di La Piazza di Kelapa Gading. Ini percakapan aku dan cici pedagang.
aku: Nggak usah pake plastik, ci.
cici: Loh? (sambil melirik ke tas ku) memangnya muat?
aku: Muat kok, pake ini (keluarin tas kanvas yang masih terlipat).
cici: Loh? muat nggak tuh?
aku: Muat kok, ini kan belom dibuka (sambil ngebuka lipetannya)
cici: Oooh... wah hebat ya. hebat banget bawa-bawa gituan.
aku: hehe..kan cinta lingkungan, ci...

Trus aku pernah lagi beli beberapa potong baju (bareng temen yang sepaham denganku) di bazaar kampus. Ini percakapan antara aku, gita (temenku), dan cici pedagang.
aku: git, disatuin aja kali ya plastiknya?
gita: iya, biar gak banyak plastik
cici: oh gitu
aku: oh iya, mending ga usah sekalian deh, aku bawa tas kan.
gita: oh iya, masukin tas aja.
cici (ngelirik tas kuliahku): emang masi muat tas nya?
aku: muat kok (nunjukin tas kanvas)
cici: Oh... wah kalo semua pembeli kayak gini sih saya seneng deh...
aku: haha...iya dong. kan cinta lingkungan.

Terakhir, tadi siang, aku ke Gramedia MKG yang lagi diskon 30%. Keadaan memang super penuh dan gak karu-karuan. Sampai di kasir, pas si mba kasir masih ngitung, aku udah ngasih tas kanvasku ke mas-mas yang tugasnya masukin barang ke kantong plastik. ini percapakanku dengan mbak kasir dan mas yang tugasnya masukin barang.
aku: mas, barangnya tolong masukin ke sini aja, bisa kan? (sambil nunjukin tas kanvas)
mas: iya (sambil masukin barang belanjaanku ke plastik)
aku: mas, gak usah pake plastik, langsung aja ke tas itu.
mas:(ngelirik ke si mbak kasir) Boleh nggak, mbak?
mba: Jangan deh. (ngomong ke aku) Pake plastik aja ya, mba?
aku: gak usah kok mba (masih berusaha ngotot).
mba: Buat menghindari kesalahpahaman, mba... (sambil senyum)
aku: Kan bisa tunjukin struk pembeliannya, mba.
mba : (senyum sambil diem, sepertinya udah males jawab)
Akhirnya aku nyerah...

Duh... susah ya jaga bumi. Maksudnya baik tapi malah jadi susah. Padahal aku nggak keberatan loh kalo nantinya dicegat satpam dan harus tunjukin struk pembayaran karena dikira nyolong, cuma gara-gara gak bawa kantong plasti Gramedia. Agak kecewa, tapi ya sudah lah. Justru peristiwa tadi nunjukin masih kurangnya kesadaran masyarakat soal hal ini.

Aku sih berharap suatu saat pusat-pusat perbelanjaan bisa membantu jadi ujung tombak yang mengedukasi masyarakat seperti Superindo tadi contohnya.
Nah...buat kita-kita yang udah lebih dulu sadar akan pentingnya memelihara bumi sebagai tempat tinggal masa depan anak cucu kita nanti, ayo kita berkomitmen buat lebih repot sedikit. Beli tas kanvas di toko buku, dept store, ato supermarket. Harganya memang agak mahal, berkisar Rp 10.000-20.000 tapi mengingat manfaatnya, cukup layak kan mengeluarkan uang untuk itu. Terus, mulailah belajar berepot-repot menolak kemurahan hati para pramuniaga dalam memberikan kantong plastik.

O iya, jangan lupa, VOTE EARTH
Pilih mana:
a) Global warming
b) BUMI

Kalo kamu masih tinggal di bumi, pasti pilih bumi, kan?
Sabtu, 28 Maret 2009
Matikan lampu selama 60 mnt, dari pk 20.30-21.30
Sebagai penyataan dukungan terhadap upaya penanggulangan perubahan iklim di bumi.
Ayo dukung!
Klik
http://www.voteearth2009.org/home/

Friday, March 20, 2009

My Best Date!!!

Diawali ketika Mas Ben yang biasanya suka dengan gaya pacaran konservatif - duduk ngobrol di sofa, nonton, makan - tiba-tiba ngajakin main ke outboundholic, Ancol. Dan dia yang biasanya kalo ngajak jalan pasti pengennya rame-rame (gak cuma berdua doang), ngajak aku ke sana cuma berdua aja.

Saking ga percayanya... aku sampe beberapa kali tanya, "Berdua aja nih? Bener nih mau ke sana? Kok tumben?"

Ternyata beneran loh! Saking senengnya, aku udah menanti-nanti hari ini kayak anak kecil mau pergi piknik. Trus jadi pengen cerita ke orang-orang kalo aku mau pergi. Tapi dengan susah payah, kuusahakan menahan diri, malu dong! Kayak baru pertama kali diajak jalan sama pacarnya aja... hahahaha






























Yah intinya, rencana kita jalan pagi-pagi, jadi ditunda siang menjelang sore, soalnya si Mas Ben ada kerja kelompok mendadak. Kira-kira jam 15.15 kita sampe di Outbondholic. Aku rekomen banget deh tempat ini!!! Di sini ada beberapa jalur: jalur merah, biru, hijau, kuning, hitam, dan adventure. Jalur kuning buat anak-anak, jadi aku nggak tau bentuknya gimana. Tapi jalur-jalur lainnya, tuh terdiri dari macem-macem permainan misalnya meniti tali, log bridge, flying fox, wall climbing, dll, dst, dsb. Yang paling ekstrem tuh jalur hitam karena tinggi banget. Di jalur hitam ini, pertama kita manjat tangga kayu, dilanjutin manjat jaring tali-temali, sampe di ketinggian setinggi 7 lantai gedung. Nah...dari situ kita flying fox dengan jalur sepanjang 300 m yang dilaluin gak sampe 1 menit. Terus kita harus lewatin log bridge, dilanjutin flying fox lagi sepanjang 180 m. Jalur-jalur yang lain, kira-kira bentuknya mirip, cuma ketinggiannya jauh lebih rendah. Yang istimewa dari outbondholic adalah, kita belajar pake alat-alatnya sendiri. Gatau yah buat orang lain, tapi buatku sih ini pengalaman baru. Aku udah beberapa kali ikut outbound macam ini tapi urusan keamanan selalu diurus sama trainernya. Aku tinggal jalan di tali ato tinggal meluncur aja. Nah kalo di Outboundholic, di awal kita di-training cara pasang karabiner (yang buat nyangkutin tali pengaman kita) dsb. buat jaga keamanan kita sendiri. Jadi sensasinya beda banget, jauh lebih menyenangkan! Buat mainin semua jalurnya, cukup mengeluarkan Rp 100.000 untuk weekdays dan Rp 120.000,- untunk weekend. Walau agak mahal, menurutku sepadan. Semua trainer dan pekerja di sana sangat kooperatif dan asik! So, tempat ini highly recommended deh. O iya, buat yang berminat, jangan lupa cangklongin kamera, pake topi, sunblock, dan kalo bisa sarung tangan.

Aku dan Mas Ben kealar outbound pk 17.30. Aku seneng banget!!! Mas Ben seneng tapi super kehausan dan kelaparan. Aku setengah maksa dia ke Segarra. Aku udah lama penasaran sama resto yang kabarnya bagus tapi mahal dan terkenal dengan kursi keranjang bentuk setengah telur (hehe...tau kan yang mana)? Dari awal aku udah bilang, kita minum aja karena kayanya muaaahaaaal banget. Bener aja, dari awal kita uda dikasi tahu kalo mau duduk di kursi setengah telur itu minimun order-nya Rp 300.000. Waduh. Jadi kita milih duduk di kursi pantai di tepi laut. Cukup menyenangkan kok. Suasananya beneran buat pacaran banget lah. haha Di sana... aku juga seneng, padahal kita 'cuma' ngarahin lensa kamera ke langit gara-gara berniat ingin memotret petir-petir yang mulai muncul... dan sayangnya...gagal. hehe













Dari situ, aku 'setengah maksa' Mas Ben lagi buat mampir ke Pasar Seni.
Ini dalam rangka nostalgia. Dulu waktu umurku 5 th-an, Papaku hampir tiap Sabtu ngajak ke Pasar Seni. Dulu sih aku super nggak suka. Kerjaanku cuma masuk toko komik yang ada di deket panggung pertunjukan. Nah, sekarang aku pengen banget liat Pasar Seni lagi. Ternyata sekarang di sana supeeeerrrr sepiii. Agak sedih ngeliatnya. Aku dan Mas Ben cuma muter-muter bentar, sampe di sebuah toko tas kulit. Aku naksir sebuah tas pundak yang sangat vintage dan menurutku sih unik, gak pasaran. Aku udah ngelirik-ngelirik, eh ada tag harganya, yang menurutku cukup mahal. Sempet tanya-tanya ke bapak yang jual, dan setelah ngeliat tas itu lebih dekat, aku rada kecewa karena kualitasnya ga terlalu bagus dan udah agak kotor. Aku gak jadi beli, tapi sambil jalan menjauhi toko itu, hatiku tergerak. Ceileh... hehe. Salah satunya karena aku sempet tanya si Bapak penjual dia jualan di mana lagi. Dia bilang cuma di situ aja. Aku sambil jalan mikirin gimana cara dia dapet uang dengan kondisi Pasar Seni yang sepi banget (selain aku dan Mas Ben, kami cuma ketemu 1 pengunjung lain, seorang bapak-bapak dari luar negeri). Apalagi dengan harga yang gak murah, siapa yang bakal beli. Gak tega rasanya apalagi aku sempet liat ada gambar Pacar Pertamaku di lemari si bapak penjual tas. Huhu... ini namanya simpati yang timbul karena punya kesamaan. haha. Aku juga mikir toh ini aku membeli produk buatan Indonesia yang keren dan belum pasaran. Akhirnya kubeli juga tas itu. dan setelah kupoles, ga mengecewakan kok.

Ah..sungguh hari yang menyenangkan.
Acara pacaran yang paling menyenangkan setelah 2 tahun yang udah berjalan... haha

Pesan penuh cinta hari ini: Cintai produk Indonesia, gak kalah keren kok!

Wednesday, March 18, 2009

Lelah... intermezzo...

15 menit menuju jam 1 pagi, aku masih terjaga.
3 th yang lalu sih ini hal biasa, hampir tiap malam harus begadang bikin tugas sampe kelar.
Tapi 1,5 th belakangan, udah ga biasa begadang. Lelah.

Badan sih nggak seberapa cape. Seperti biasa, aku lebih ngerasa kewalahan krn otak dan lebih-lebih, hati, harus menampung buaaanyak hal. Uda gitu inpirasi yang kutunggu dan kucari dalam sebuah 'momen tring' gak kunjung tiba.

Dalam suasana kayak gini, satu-satunya hiburan adalah dengan bersyukur.
Bahkan buang air besar, eek, boker, berak, beol, atau apalah itu namanya... jadi momen penuh syukur. Pacar Pertamaku di surga bener-bener baik, Dia ciptain aku sedemikian rumit dan detilnya. Bayangin kalo Dia lupa kasih aku saluran pembuangan.

Ayo nikmati kelegaan setelah duduk di kloset sebagai anugerah tiada tara.

:D

Friday, February 13, 2009

Happy Valentine!

13 Februari 2009
Hari ini valentine buatku & Benny...
haha...

Semuanya diawali tahun lalu, valentine pertama kita dengan status 'in a relationship'. Taun lalu 14 Februari jatuh pada hari Kamis, yg berarti aku lagi di rumah kontrakan, di Karawaci. Karena aku (apalagi Benny!) bukan tipe pacar-pacar romantis yang ngerayain valentine, aku gak mikir bakal terjadi apa-apa hari itu.

Tapi sehari sebelumnya, tgl 13 Februari, malem-malem, aku baru keluar kampus abis Doa Rabu, si Mas Ben bilang udah di jalan ke Karawaci tanpa kasih tahu alesannya. Aku berepot-repot masak. Sampe di kontrakanku, si Mas Ben kasih coklat (Cadburry! yang sangat umum...haha) dan dia benar-benar berpikir hari itu hari Valentine!!!

DOENG....!

Inilah penyebabnya. Hari itu, 13 Februari, pulang kampus ke Golden Truly, ngeliat ada cowo yang ngasih bunga ke cewenya. Dan tanpa mikir, ato memastikan ke kalender, dia langsung menyimpulkan kalo itu Valentine.... Hwaaa.... dasar!!!!

Karena itulah, dan karena kami pada dasarnya pengen beda dari orang lain, Valentine kami dipindahin ke tanggal 13 Februari... yang sebenernya gak ada efeknya juga sih. Tetep aja kita gak ngapa2in hari ini. Ketemu aja nggak. Haha...





Padahal, sebenernya aku ini cukup mellow dan romantis. Apalagi 1 th belakangan. Salah satu hobiku adalah bikin surprise yang menyenangkan orang lain. Aku juga bisa berkaca-kaca, berderai-derai, ato senyum-senyum sendiri pas nonton film romance, atau simply karena ngeliat sesuatu yang terlalu bagus, terlalu indah, atau terlalu hepi.

Makanya kemaren, Mamaku sempet tanya kok aku yang kayak gitu dapetnya cowo yg kayak si Mas Ben. (Sebelum Mas Ben, cowo-cowo yg sempet deket denganku hampir semuanya tipe-tipe romantis, suka memberi hadiah, kejutan, dan puitis.)

Nah, menyangkut sifatku tadi, saalah satu kebiasaan baruku adalah nonton Oprah sambil menitikkan air mata. Wakaka....
(dan dulu gw susah banget nangis! Temen-temen SMA gw pasti pada bingung)

Tadi ada Oprah edisi Valentine, dan jadi salah satu episode yang sangat berkesan. Ada beberapa kisah cinta orang-orang, tapi ada satu yang bener-bener aku suka.

Ada seorang cewe dan cowo yang kuliah bareng (dua-duanya kelas drama), tapi waktu itu mereka gak saling kenal. Terus beberapa taun kemudian, cowonya udah main di Broadway, cewenya di Hollywood, dan dapet kesempatan kerja bareng, akhirnya pacaran. Karena ngerasa hubungan itu hubungan yang serius dan tepat untuk dilanjutkan ke pernikahan, sejak awal mereka komitmen untuk gak berhubungan seks sampai merid. Dan mereka baru merid 1 th kemudian.

Mungkin bagi kita 'gak berhubungan seks' itu biasa, bahkan udah keharusan, dan wajar-wajar aja. tapi bayangin mereka artis Hollywood di akhir usia 30-an. Bisa diasumsikan, mereka udah aktif secara seksual sejak remaja dan suddenly mereka harus stop berhubungan seksual selama 1 th. Sungguh komitmen yang sangat berani dan luar biasa menurutku.

Ibaratnya seperti kalo kita komitmen ga pegangan tangan, rangkul, ato kissing sampe merid nanti. Kira-kira bisa bayangin?

Dan satu lagi, pas akhirnya merid, cincin pernikahan mereka diukir seperti ini:
inisial nama cowo (spasi) GOD (spasi) inisial nama cewe

Mereka bilang, Tuhan yang ada di tengah mereka.
Aku gak tahu kapan aku merid tapi aku tahu apa yang akan aku ukir di cincinku nanti. Ada nama Tuhan di antara namaku dan suamiku nanti. Karena Dia yang menyatukan kita dan Dia yang utama serta jadi landasan pernikahan kita nanti.

Balik lagi menjawab pertanyaan mamaku... Aku memang suka romance. Tapi aku rasa, romance gak tergantung pada hadiah dan kejutan, tapi tergantung pada orangnya dan pada SIAPA yang mempertemukan.
Semoga suatu hari nanti aku benar-benar menemukan romance (dengan suamiku nanti) dengan orang yang tepat yang dipertemukan oleh Pacar Pertamaku.

Wednesday, February 11, 2009

Supermom

Udah hampir seminggu ini keponakanku, Jocel, sakit flu Singapur. Gejalanya banyak sariawan plus bintil2 di kaki dan tangan. Ga terlalu mengganggu buat dia tapi karena nular, dia harus dipisahin dari 2 kokonya. Alhasil, sementara dia dikarantina dulu di rumahku.

Pagi-pagi, abis nyiapin Jason & Sean sekolah, ciciku (mamanya Jocel) dateng ke rumahku, ngurus Jocel. Sore sampe malem, dia balik lagi ke rumahnya, ngurus Jason & Sean lagi, temenin mereka belajar, bikin PR, siapin tidur. Malem2, dia balik lagi ke rumahku, temenin Jocel tidur.

Bacanya aja lelah ya...

Nah, pas ciciku di rumahnya ngurus Jason & Sean, mamaku yg ngurus Jocel... dan aku terkagum-kagum ngeliatnya. Bener-bener seorang supermom. Di umurnya yg ke-58, dia masih sabar ngurus cucunya, sama seperti waktu ngurus aku masih kecil. Aku tahu tangannya sakit kalo kelamaan gendong anak, tapi gak sekalipun dia ngeluh. Dan sepanjang hari dia penuh senyum, walaupun si Jocel ini bener-bener ga bisa diem. Belas kasihannya sungguh besar. Dia seolah bisa ngerasain sakit & ga enaknya si Jocel. Dia tetep sabar ngeladenin keinginan-keinginan Jocel yang kadang nyusahin.

Sementara itu, dia tetep berusaha menjaga perasaan papaku dan aku. Dia masih aja berusaha ngajak aku makan ke luar, ato sekedar ngajak aku ngobrol. Aku tahu dalam hatinya dia takut aku merasa abandoned karena dia lebih perhatiin Jocel. Dia lupa anak bontotnya ini udah jadi gadis muda yang gak mungkin ngerasa ditinggalkan krn hal kecil kaya gitu.

Ciciku juga, sekalipun masih banyak kurangnya sebagai ibu muda, aku yakin suatu saat dia bisa jadi seorang supermom yang penuh kasih.

Aku pernah ngerasain kasih yg mamaku beri. Aku tahu betapa bahagia dan bersyukurnya aku jadi anaknya. Itu bikin aku ingin jadi seperti dia suatu saat nanti, bikin anak-anakku ngerasain hal yang sama seperti aku dulu.

Harusnya itu juga ya yg terjadi waktu kita ngerasain kasih Tuhan, kita juga ingin jadi seperti Dia, biar banyak yang merasakan kasih-Nya melalui kita.

Monday, February 2, 2009

Intermezzo

Di tengah hari-hari sibuk mengejar bab 4 laporan tugas akhir... teringat sebuah pernyataan

Nggak ada hewan yang begitu bangun pagi, inget berseru sama Tuhan.
Karena itu, kalo manusia begitu bangun pagi nggak inget berseru sama Pencipta-Nya, sama aja sedang menempatkan diri di posisi makhluk lain.

Quotes by Pdt. Suta Prawira

Hayo...tadi bangun pagi apa yang pertama kali diinget? Pacar? Tugas kuliah? Masalah sama ortu? atau... Tuhan?

Selamat sibuk-sibuk, teman-teman... Selamat mengejar sidang konsep! Tapi jangan lupa bertindak sebagai manusia selayaknya.

Monday, January 26, 2009

Fakta Baru Tentang Sate!

Kalo kamu berpikir ini tentang makanan dari daging yang ditusuk dengan lidi, maaf-maaf aja kalo kamu jadi kecewa. Sate yang kumaksud adalah saat teduh.

Salah satu resolusi 2009 -ku adalah mencatat kotbah. Dan inilah beberapa fakta tentang sate yang kudapat dari kotbah Pdt. Budiman kemaren.

Orang yang berdoa secara khusus gelombang otaknya lebih selaras dengan lingkungan. Hal ini membuat sel-sel tubuh yang rusak cepat pulih, hormon bekerja dengan lebih baik, dan imunoglobin bekerja 2x lipat.

Membaca Alkitab memberi dampak terhadap prilaku. Remaja yang dari kecil gak terbiasa baca alkitab cenderung lebih labil dan mudah terlibat kekerasan.

Remaja yang terbisa bersaat teduh dari kecil cenderung lebih tenang dalam menghadapi masalah karena bagian yang dibaca (dari alkitab) bertumbuh dalam alam bawah sadarnya.

Berdasarkan penelitian di sebuah sekolah, anak-anak yang terbiasa bersaat teduh sejak kecil cenderung memiliki prestasi yang lebih baik.

Seneng banget deh denger ini semua, soalnya terus terang beberapa hari belakangan aku lagi rada males2an baca alkitab. Jadi semangat lagi!

Ayo rajin sate! Biar badan lebih sehat dan otak lebih pinter. hehe

Sekolah dan HTS

Temen-temen, berapa lama kalian sekolah?
Coba kita itung

TK - 3 th
SD - 6 th
SMP - 3 th
SMA - 3 th
Kuliah - 4 th

Total 19 th
Kalo umur kita kira-kira 80 th (itu juga kalo sehat bener), berarti 25% hidup kita dihabiskan di bangku sekolah. Itu juga belom ditambah kalo ambil master, ato kuliah kedokteran yang otomatis jauh lebih lama.

Begitu banyak waktu dalam hidup kita yang dipake buat sekolah, pastinya sekolah itu penting banget dong? Sebenernya buat apa sih sekolah?
Kalo buat aku sih, sekolah itu buat belajar, supaya kita bisa lebih berdayaguna sebagai manusia, dan supaya kita bisa mencapai visi hidup kita dengan lebih efektif.

Zaman dulu, waktu sekolah belum ada, mungkin manusia belajar tentang hidup dari orangtuanya aja, secara turun temurun. Tapi kemudian manusia tambah pinter, menemukan banyak ilmu dan teknologi baru. Dan terciptalah sekolah sebagai tempat untuk share ilmu-ilmu ke manusia-manusia lain.

Singkatnya, sekolah adalah tempat belajar yang lebih efektif.

Terus, kalo uda ada sekolah, buat apa les?
Fenomena zaman sekarang, hampir setiap anak yang sekolah juga ikut les sampe jadwalnya penuh. Aku sering denger percakapan cici-ciciku yang udah punya anak, "Aduh, pengen sih di-les-in Mandarin, tapi jadwalnya udah penuh. Nanti deh kalo udah kelar salah satu les-nya"
Dan tau gak, anak yang lagi diomongin ini bahkan belum SD!
Anak TK jadwalnya penuh karena les!

Beberapa anak-anak remaja di gerejaku bahkan harus les juga di hari Sabtu dan Minggu. Duh...buat apa ya dulu sekolah diliburin hari Sabtu kalo anak-anak tetep gak bisa liburan?

Sebenernya, kalo les materi-materi yang gak diajarin di sekolah (misalnya renang, Mandarin, balet, kungfu ?!) sih masih bisa kumengerti. Tapi kalo les tambahan buat pelajaran???

Buatku, ini sebuah penurunan.
Harusnya, sekolah udah jadi tempat belajar yang efektif. Di situlah anak-anak bisa punya waktu dan tempat belajar yang terfokus supaya setelahnya, pulang sekolah, mereka bisa ngelakuin hal-hal lain selayaknya anak-anak.

Tapi sekarang, les udah jadi tempat dan waktu untuk mempelajari apa yang dipelajari di sekolah. Jadi seperti ada penambahan grade lagi kan dalam peroses belajar?
Buat apa?

Jadi teringat dulu pernah debat dengan beberapa teman soal HTS (hubungan tanpa status). Mereka setuju dengan adanya HTS karena merasa belum yakin untuk berkomitmen lebih jauh dalam hubungan pacaran. Pacaran itu menurut mereka adalah proses yang lebih serius menuju pernikahan.
Aku gak setuju. Menurutku itu alasan yang gak masuk akal. Justru proses yang namanya pacaran adalah proses yang dilalui untuk saling mengenal, sebagai persiapan untuk masuk ke pernikahan. HTS dengan alasaan seperti yang mereka utarakan menurutku cuma nambahin satu proses baru lagi, yang sebenernya kurang meaning.
Maksudnya belom siap berkomitmen pacaran tuh apa? Belom siap berkomit sama satu orang? Kalo gitu mah temenan aja sama banyak orang, ngapain nambahin satu proses sebelumnya lagi (HTS).

Les juga gitu, seperti suatu proses tambahan di bawah sekolah. Aneh aja menurutku. Kenapa sekolah seolah kehilangan fungsinya? Seolah tujuan sekolah berubah jadi ajang cari prestasi. Untuk itulah para orangtua ngotot nge-les-in anaknya supaya dapet nilai bagus di sekolah.

Terus terang aku cuma pernah ngalamin yang namanya les pelajaran 1 semester seumur hidup. Waktu itu juga karena ikut2an temen, tapi akhirnya berhenti karena ngerasa keabisan waktu istirahat.

Bukan berarti aku sepinter itu sehingga ngerti semua pelajaran yang diajarin di sekolah, dan gak butuh penjelasan tambahan. Tapi aku beruntung punya temen-temen yang mau ngajarin susah payah sampe aku ngerti.
Aku inget masa-masa SD waktu dapet PR Bahasa Indonesia yang aku gak ngerti, aku telepon temen yang kira-kira ngerti, dan dia dengan hepi ngejelasin.
Aku juga inget waktu pertama kali dapet pelajaran Fisika di kelas 1 SMP, aku dan temen-temen bener-bener gak ngerti. Jadi, tiap jam istirahat ato jam kosong, aku dan sekelompok temen sering ngumpul bareng ngebahas pelajaran sampe kami semua ngerti.
Ato waktu SMA, aku juga pernah ngajarin kimia ke temenku sepanjang istirahat dan sedikit jam pulang sekolah. Sebaliknya, dia ngajarin aku yang bolot fisika.

Setelah itu, di rumah aku tinggal bikin PR dan belajar buat ulangan besok. Dan karena udah cukup ngerti, proses itu biasanya gak terlalu lama. Aku masih punya waktu buat nonton TV dan hal-hal lain.

Jadi, aku sungguh menyayangkan fenomena ini. Apakah karena manusia makin individualis, sampe ga ada lagi keinginan untuk saling berbagi ilmu? Ataukah sekolah bener-bener mengalami pergeseran fungsi sampe gak ada satupun muridnya yang ngerti? Atau nilai ulangan jadi segitu pentingnya sampe harus dikejar?

Aku sih gak kebayang kalo ntar puya anak, gimana nasibnya ya?

Duh, nak, calon putra dan putriku nanti, manfaatkanlah waktu di sekolahmu dengan efektif. Jangan ngobrol ato tidur pas pelajaran, dan rajin-rajinlah tanya guru dan temen-temen. Trus, kamu juga jangan pelit ngejelasin temen yang gak bisa. Percaya deh, dengan gitu, kamu pasti punya lebih banyak waktu luang sama temen-temen kamu (yang pasti baik hati karena mau ngajarin dan karena kamu mau ngajarin mereka) dan sama Mama tentunya.

Hehe...

Monday, January 5, 2009

Apakah Surga Ada?

Apakah kamu seorang Kristen? Apakah kamu percaya dengan keberadaan surga dan neraka?
Tadinya aku yakin aku percaya namun keyakinanku berkurang dalam perjalanan ke kebaktian tahun baru beberapa hari lalu.

Hari itu, engkongku ikut ke gereja walau dia bukan seorang Kristen. Hari itu dia ikut ke gereja karena dia sedang menginap di rumahku. Engkongku adalah satu-satunya orang yang belum menerima Yesus dalam keluarga besar mamaku. Aku pernah tanya ke mama dan katanya sih, dulu emak dan engkong pernah diceritain soal Yesus tapi emak cuma bilang, "Kita juga percaya Tuhan kok dan kita punya tuhan sendiri."

Emakku meninggal beberapa tahun yang lalu dengan belum menerima Yesus. Dan waktu itu terus terang aku ga merasa sedih karenanya.

Hari itu dalam perjalanan ke gereja aku duduk di samping engkong dalam mobil. Dalam diam, kau memandangnya dan berbagai pikiran berkecamuk.

Aku bukanlah seorang cucu yang baik. Aku gak pandai beramah-ramah dengan orang yang gak dekat. Aku kurang bisa akrab dengan keluarga besarku karena jarang ketemu mereka, termasuk dengan engkong. Aku jaraaaaaaang banget ngobrol berdua dengannya.

Dalam momen itu, aku mulai mikir kenapa aku sebagai orang Kriten, mengaku pelayan Tuhan, gak pernah berusaha cerita tentang Yesus ke engkong? Apakah aku gak mengasihi dia? Ya, mungkin kasihku sangat kurang. Dan aku takut menghadapi penolakan. Tapi gimana kalo dia meninggal nanti?

Aku sampai pada pemikiran, kalo mungkin....mungkin.... di hatiku yang terdalam, aku ga benar-benar meyakini keberadaan surga dan neraka. Mungkin bukannya gak percaya kalo itu ada, tapi lebih ke gak menyadari betapa indahnya surga dan mengerikannya hukuman kekal nanti. Sulit untuk mengakui kalo mungkin memang aku seperti itu.

Ya, kalo aku bener-bener punya iman akan adanya kekekalan entah dalam surga ataupun neraka, harusnya aku punya semangat berkobar2 untuk memberitakan Injil. Harusnya aku gak takut terhadap penolakan. Harusnya aku ga malas doain orang. Harusnya aku ga mudah menyerah. Harusnya itu jadi hasrat hatiku yang terbesar.

Kenapa?
Karena aku tau, aku udah diselamatkan sementara mungkin ada kekekalan yang mengerikan buat orang-orang di sekitarku.




Selamat tahun baru 2009.
Dalam bahasa Indonesia, kita menyebutnya tahun 2009 masehi.
Tapi dalam bahasa Inggris, kita menyebutnya 2009 A.D. (Anno Domini = in the year of the Lord).
Sadar ga sadar, sengaja ga sengaja, kita selalu menyebutkan tahun-tahun sebagai tahun Tuhan. Tapi biarlah tahun 2009 hidup kita sungguh menyatakan kalo inilah tahun Tuhan.