Wednesday, November 26, 2008

Maaf, Sayang... Aku Autis

Belakangan ini, karena lagi pengangguran menunggu nasib dari proposal judul Tugas Akhir, tiap pagi dan malem aku sempet nonton Oprah Show di Hallmark Channel. Dan hampir tiap kali nonton, aku menitikkan air mata (tentu aja bukan pas episode yang bintang tamunya artis-artis Hollywood. Emangnya aku mau nangis saking gantengnya mereka?).

Yah, entah kenapa, aku yang dulu sangat dingin, gak mempan sama drama Korea apapun juga (sebut judulnya! Blom ada yang bikin aku nangis) dan selalu heran apa yang bikin orang nangis, blakangan ini jadi jauh lebih peka. Aku gak tahan ngeliat adegan anak yang lagi becanda sama Papanya. Bahkan aku nangis waktu denger suara anak kecil yang buaguuuusssss banget. Parah.

Tapi yang mau aku ceritain bukan itu. Itu intermezzo aja, sekalian curhat dikit. Hehe.
Tapi pagi Oprah ngebahas soal AUTISM.

Banyak fakta-fakta yang aku baru tahu. Selama ini aku mikir anak-anak autis tuh udah nunjukin gejala dari lahir. Jadi dari awal mereka memang keliatan terlambat dalam perkembangan fisik dan gak bisa bersosialisasi.

Ternyata itu salah.
Ada banyak kasus di mana si anak udah bisa bersosialisasi dan bertumbuh seperti anak-anak normal. Bahkan ada yang udah menguasai ribuan kosakata. Tapi di satu titik. BUUM. Mereka seperti kehilangan binar di matanya, kehilangan senyum, dan mulai gak bisa bersosialisasi.
Serem banget. Bayangin gimana perasaan orangtuanya yang udah ngeliat masa depan penuh harapan tapi tiba-tiba semua harus ilang dalam sekejap, tanpa penyebab yang jelas.

Tapi ada satu pernyataan orangtua anak autis di acara itu yang gak bisa aku lupain. Kira-kira gini deh:
"Kita (orangtua) seakan-akan terus-menerus berusaha menarik perhatian dia (anaknya yang autis). Kita seakan-akan ingin bilang padanya 'Cintai aku!'"

Menyedihkan. Mereka bilang jiwa anak autis seperti terperangkap dalam tubuhnya. Makanya anak autis suka melakukan kegiatan yang sama berulang-ulang, seperti menggaruk-garuk badan, menggertakkan gigi, lari-lari keliling, dsb. karena hanya dengan itu mereka bisa merasakan tubuhnya.

Makanya, para orangtua terus berusaha menarik mereka ke dunia nyata dan membuat mereka bisa merasakan cinta dan mencintai orangtua mereka.

Mungkin di hadapan Tuhan, kita seringkali jadi seperti anak autis, ya?
Kita terperangkap dalam dunia ini (yang sebenernya kita tau bukan tempat tinggal kita sebenernya) dan gak sadar kalo kita lagi terperangkap.
Tuhan terus-terusan melimpahkan kasih sayang-Nya, dan seakan berkata "Kasihi Aku!" tapi kita gak sadar.

Maaf, Sayangku, Pacar Pertamaku...
Aku memang seperti anak autis, tapi aku mau terus belajar jadi anak yang peka sama kehendak-MU.

Ket: Aku gak ngerti sama sekali soal autism, jadi semua yang kutulis cuma berdasarkan info yang pernah aku denger/baca dan Oprah Show tadi pagi. Kalo ada yang salah, mohon dimaafkan, dan dikoreksi. Thx

2 comments:

  1. Di bukunya Dee yg baru juga ada cerita tentang cewe yang suka ama orang autis... Judulnya malaikat juga tahu kalo ga salah...

    Yg gua tau... orang autis tuch kayak ada di dunianya sendiri... Jadi org sekelilingnya dicukin.. Sama kayak kita dengan Tuhan.. Kadang kita suka hidup di dunia kita sendiri, sehingga Tuhan dicuekin... Bener kata lu, kita juga kayak org autis di hadapan Tuhan...

    ReplyDelete
  2. Apa kabar ?
    Aku suka postingan mu
    Semoga hari mu menyenangkan
    Terima Kasih

    ReplyDelete