Wednesday, September 10, 2008

Lot of love, lot of words

Sempet lama juga mikirin nama dari blog ini.
Awalnya, kandidat terkuatnya adalah 'gift'.
Tapi, sepertinya terlalu abstrak, dan kurang 'dina'.


Lot of words

Sejak kecil, aku udah tahu kalo aku suka menulis. Diawali denger cerita yang dibacain Mama dari buku Tini-Tono, sampe akhirnya aku bener-bener bisa baca sendiri. Thanks to kelinci biru bernama Bobo, yang udah berperan besar bikin aku bisa baca di umur 3 tahun. Dan sejak saat itu, aku cinta baca.

Lahir di tengah keluarga yang sangat demokratis dan suportif, aku menjadi cukup percaya diri untuk mulai menulis. Waktu kecil, aku rajin bikin hadiah buat mama. Ya, bikin dan bukan beli. Salah satu bentuk hadiah yang pernah aku bikin lebih dari satu kali adalah majalah.

Yang pertama majalah yang kubuat seukuran kertas folio, di-steples asal-asalan, digambar tangan, ditulis tangan, dan cerpennya aku tulis sendiri. Tentu saja dengan cerita singkat, kurang masuk akal, dan parahnya, berakhir tragis dengan kematian tokoh utama.
Yang kedua, majalah yang sedikit lebih rapi, seukuran kertas A4 dilipat dua, dengan dijilid steples yang rapih di bagian tengahnya. Gambarnya masih gambar tangan dengan kualitas yang sedikit meningkat dan teksnya udah sedikit lebih canggih, diketik colong-colongan dengan menggunakan mesin ketik listrik Papa. Rubriknya pun lebih bervariasi. Ada teka-teki silang, karikartur, hingga tips diet yang kubuat sendiri tanpa mencari sumber terpercaya.

Aku juga pernah mengirim tulisan ke majalah Bobo hingga majalah Gadis (waktu aku mulai ABG), tapi sayangnya nggak ada satupun yang diterima. Hiks...

Tapi herannya, aku masih belum kapok menulis untuk konsumsi publik. Mungkin di dasar hati masih ada keyakinan diri (yang semoga belum terlampau parah) bahwa aku bisa menulis.
Untungnya, hasrat ini sedikit tersalurkan melalui pelayanan di buletin gereja, Shining Star.


Lot of love

Sejak kecil, aku merasa ada terlalu banyak cinta di sekelilingku.
Aku punya keluarga yang nggak sempurna, tapi sangat menyayangiku.
Aku punya teman-teman yang aku yakin sangat menyayangiku dan selalu menginspirasiku.
Tapi yang terutama, aku punya Tuhan yang selalu bisa bikin aku merasa disayang saat keluarga dan teman-teman terasa kurang menyayangiku.

Mulai beranjak dewasa, aku mulai sadar, aku menampung terlalu banyak cinta di dalam diriku. Terlalu banyak hingga butuh penyaluran.
Akhirnya Tuhan memberiku beberapa anak-anak bimbingan untuk dikasihi.
Kurang ajarnya, aku malah sering menelantarkan mereka sambil protes sama Tuhan, "Tuhan, aku masih punya terlalu banyak cinta nih. Kayaknya aku butuh cowo deh supaya aku bisa mengasihinya."
Akhirnya 1,5 tahun yang lalu pun Tuhan kasih aku seorang pacar.
Kurang ajarnya lagi, anak-anak bimbingan gak terlalu aku perhatiin, pacarku pun juga. Bukannya jadi tempat penyaluran kasih sayang, malah sering jadi pelampiasan ego-ku.
Yah, dengan segala kekuranganku, aku masih belajar untuk mencintai semua yang Tuhan kasih.

Lot of Love, Lot of Words


Tapi satu hal, aku hidup karena cinta.
Karena cinta dari Tuhan yang memberiku hidup baru.
Karena cinta dari Tuhan melalui keluarga, pacar, sahabat, dan orang-orang di sekelilingku.
Karena cinta yang Dia bilang harus aku bagikan ke orang lain, dengan mencintai sesama seperti mencintai diri sendiri.

Karena cinta itulah aku punya hasrat menulis.
Karena cinta itulah aku ingin membagikan sesuatu kepada banyak orang supaya bisa ikut tersenyum dan terberkati.
Kerena cinta itulah aku punya banyak kata dan cerita untuk dibagikan, tentunya melalui blog ini.

PS:
Sebagian posting di blog ini diambil dari blog FS-ku yang udah lama nganggur. Aku sertakan juga tanggal penulisan aslinya.


No comments:

Post a Comment